PROSES CARA PEMBUATAN POROS RODA GIGI MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL DAN FRAIS
LAPORAN SEMESTER
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Tugas Semester II Program Diploma III
Program Teknik Otomotif
Disusun Oleh :
WIDODO
NPM. 13.315.059
POLITEKNIK DHARMA PATRIA
KEBUMEN
2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga Makalah yang berisi tentang “PROSES CARA PEMBUATAN POROS RODA GIGI MENGGUNAKANMESIN BUBUT KONVENSIONAL DAN FRAIS” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami berharap agar makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pembaca sekalian.Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, apalagi Makalah yang dibuat ini. Makalah ini memang masih jauh dari sempurna,baik dalam hal isi, maupun penyajiannya. Karena itu kami mengharapkan segala sara dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk memperbaiki Makalah ini agar lebih layak untuk dibaca.
Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya bila ada kata-kata yang salah dan semoga Makalah Matematika ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Mesin Bubut...................................................................................... 2
2.2 Mesin Frais........................................................................................ 2
2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................... 2
2.4 Proses Pembuatan Roda Gigi............................................................ 5
BAB 3 PENUTUP............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut. Salah satu tugas produktif yaitu membuat poros roda gigi yang notabene menggunakan mesin bubut dan frais. Setelah benda kerja jadi, saya dituntut untuk membuat laporan mengenai proses pembuatan poros roda gigi, alat apa saja yang digunakan, dan keselamatan kerja.
1.2. Rumusan Masalah
1. apa saja persiapan sebelum membubut ?
2. bagaimana proses pembuatan poros roda gigi?
3. bagaimana keselamatan kerja dan alat apa yang dipakai?
4. Bagaimana mengoprasikan mesin frais?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan tentang persiapan sebelum proses pembuatan .
2. Mendeskripsikan tentang alat apa saja yang dipakai.
3. Mendeskripsikan tentang bagaimana proses pembuatan jobsheet .
4. Mendeskripsikan tentang keselamatan kerja.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.Mesin Bubut
Mesin ini pada prinsipnya adalah benda kerja yang berputar dipotong menjadi komponen yang diinginkan dalam bentuk silinder atau kerucut. Mesin ini hanya dapat membuat benda-benda yang berbentuk silinder. Pada gambar dibawah menjelaskan mesin bubut dengan segala pirantinya
Proses mesin bubut ini dengan cara memutar benda kerja yang kemudian disayat dengan pahat membentuk serpihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
2.2.Mesin frais
Mesin frais ini pada prinsipnya tool atau pahat yang berputar mengurangi dimensi benda kerja. Mesin ini juga dapat untuk menghaluskan permukaan, membuat alur, roda gigi, dan bentuk lain yang diinginkan sesuai kemampuan mesin. Bagian dari mesin frais adalah pencekam pahat yang berputar, meja yang dapat digerakkan maju mundur dan kanan kiri, dan motor penggerak pahat. Bentuk mesin frais dan gerakannya dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan bagian penting yang harus dipahami dan diterapkan dalam dunia kerja, utamanya didunia industri modern. Di dalam industri modern terdapat berbagai mesin,peralatan, dan proses produksi yang menuntut prosedur tertentu supaya terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Secanggih apapun mesin yang digunakan atau sebesar apapun produksi yang dihasilkan, semua itu tidak ada artinya apabila merugikan manusia atau pekerja. Hal ini didasari pertimbangan bahwa apabila terjadi kecelakaan kerja, terdapat dua kerugian, yaitu kerugian materi dan non materi. Kerugian yang bersifat materi dapat dicari gantinya serta dapat dinilai dengan uang, tetapi kerugian non materi, misalnya cacat, sakit, atau bahkan meninggal dunia, tidak dapat dinilai dengan uang.
Dengan menyadari arti penting keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, maka sebelum terjun langsung di dunia kerja, seorang pekerja harus mengetahui rambu-rambu, peraturan-perundangan (regulasi), prosedur penerapan K3, serta teknis penerapan K3 di lapangan. Pada prinsipnya, tujuan utama penerapan K3 adalah agar kita dapat bekerja dengan aman, nyaman, terhindar dari kecelakaan, termasuk ledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja, serta pencemaran lingkungan kerja.
Dengan menyadari arti penting keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, maka sebelum terjun langsung di dunia kerja, seorang pekerja harus mengetahui rambu-rambu, peraturan-perundangan (regulasi), prosedur penerapan K3, serta teknis penerapan K3 di lapangan. Pada prinsipnya, tujuan utama penerapan K3 adalah agar kita dapat bekerja dengan aman, nyaman, terhindar dari kecelakaan, termasuk ledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja, serta pencemaran lingkungan kerja.
A. PERATURAN PERUNDANGAN K3
Terdapat banyak peraturan perundangan yang terkait dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan perundangan tersebut berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Menteri serta Surat Edaran Menteri. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam menangani K3. Salah satu Undang-Undang yang terkait dengan K3 adalah Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang undang ini merupakan pengganti undang-undang tentang K3 pada masa pemerintahan Belanda, yaitu Veiligheids Reglement Tahun 1910 (VR 1910 Stbl. 406). UU No. 1 Th. 1970 terdiri dari 11 Bab dan 18 Pasal, dan mulai berlaku sejak 12 Januari 1970.Undang-Undang lain yang terkait dengan K3 adalah Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini terdiri dari 28 bab dan 193 Pasal, dan mulai berlaku sejak 25 Maret 2003. Walaupun Undang-undang ini banyak mengatur tentang ketenagakerjaan, namun disinggung juga tentang K3, terutama pada Bab X yang berisi tentang Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan. Terkait dengan K3 di bidang pesawat uap dan bejana tekan, terdapat Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonantie 1930)
B. Prosedur Penerapan K3
Setelah mengetahui peraturan perundangan tentang K3, yang tak kalah penting adalah menerapkan prosedur K3 di tempat kerja. Bidang pekerjaan maupun tempat kerja bermacam-macam, oleh karena itu masing-masing bidang pekerjaan memerlukan prosedur penerapan K3 yang berbeda. Namun demikian terdapat beberapa prinsip dasar penerapan K3 yang berlaku secara umum. Salah satu aspek yang perlu diketahui adalah pengetahuan tentang alat-alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri atau pekerja perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Misalnya alat pelindung kepala bagi pekerja proyek bangunan dengan operator mesin bubut akan lain, demikian juga kaca mata bagi opertor mesin bubut tentu lain dengan kaca mata bagi operator las. Secara umum, berbagai alat pelindung diri bagi pekerja meliputi:
• Alat pelindung kepala (berbagai macam topi, helm)
• Alat pelindung muka dan mata (berbagai jenis kaca mata)
• Alat pelindung telinga (berbagai macam tutup telinga)
• Alat pelindung hidung (berbagai macam masker)
• Alat pelindung kaki (berbagai macam sepatu)
• Alat pelindung tangan (berbagai macam sarung tangan)
• Alat pelindung badan (apron, wearpack, baju kerja)
Biasanya tiap perusahaan/industri mempunyai model, warna pakaian kerja, serta alat pelindung diri lain yang sudah ditentukan oleh masing masing perusahaan. Seorang pekerja tinggal mengikuti peraturan pemakaian pakaian kerja serta alat pelindung diri yang sudah ditentukan perusahaan.
Perlu mendapatkan penekanan adalah kesadaran dan kedisiplinan pekerja untuk memakai pakaian dan alat-alat peindung diri tersebut. Kadang-kadang pekerja enggan memakai alat pelindung diri karena merasa kurang nyaman atau tidak bebas. Hal ini dapat berakibat fatal. Pekerja tidak menyadari akibat atau dampak yang terjadi apabila terjadi kecelakaan kerja. Contoh sederhana adalah pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor, mereka memakai helm apabila ada polisi saja. Padahal pemakaian helm adalah demi keselamatan mereka sendiri.
2.4 PROSES PEMBUATAN POROS RODA GIGI
A.Alat Dan Bahan
Untuk membuat poros roda gigi saya menggunakan bahan dari besi st 37 ukuran 1 inch dengan panjang 100 mm. saya menggunakan alat:
1. Mesin bubut
1. Mesin bubut
2. Mesin frais
Pahat bubut yang digunakan:
1. Pahat rata kanan dari HSS konvensional2. Pahat alur berukuran 2 mm dan 3 mm
3. Pahat ulir (m12×1,75) sudut puncak 60°
Bor senter yang digunakan: Bor senter ukuran 3 mmv
Pisau frais yang digunakan: Endmil diameter 10 mmv
Pendingin yang digunakan: Dromusv
B. Langkah 1
langkah pertama yaitu, saya memotong bahan terlebih dahulu, bahan yang dipotong adalah besi st 37 (1 inch) berukuran panjang 100 mm. kemudian setelah bahan telah dipotong saya kikir permukaan besi supaya rata agar dapat memudahkan dalam proses facing atau bubut muka. Setelah itu saya mempersiapkan segala peralatan untuk proses pembubutan.
C. Langkah 2
langkah kedua yaitu proses pembubutan, diawali dengan mensetting mesin bubut dilakukan dengan cara memeriksa semua eretan mesin, putaran sepindlle, posisi kepala lepas, alat pencekam benda kerja, pemegang pahat, dan posisi kepala tetap. Saya usahakan posisi sumbu kerja kepala tetap dengan kepala lepas pada satu garis untuk pembubutan lurus, sehingga hasil pembubutan tidak tirus.
Pemasangan pahat dilakukan dengan cara, menjepit pahat pada rumah pahat. Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak terlalu panjang, supaya tidak terjadi getaran pada pahat ketika proses pemotongan dilakukan. Lakukan penyentelan pahat dengan tailstock atau kepala lepas. Pencekaman benda kerja perlu diperhatikan, usahakan benda kerja tidak goyang, saya menggunakan cekam rahang 3 ( untuk benda silindris) alat pencekam ini masing masing rahangnya bergerak bersama sama menuju sumbu cekam apabila salah satu rahangnya di gerakan.
Pemasangan pahat dilakukan dengan cara, menjepit pahat pada rumah pahat. Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak terlalu panjang, supaya tidak terjadi getaran pada pahat ketika proses pemotongan dilakukan. Lakukan penyentelan pahat dengan tailstock atau kepala lepas. Pencekaman benda kerja perlu diperhatikan, usahakan benda kerja tidak goyang, saya menggunakan cekam rahang 3 ( untuk benda silindris) alat pencekam ini masing masing rahangnya bergerak bersama sama menuju sumbu cekam apabila salah satu rahangnya di gerakan.
D. Langkah 3
setelah benda kerja di cekam dan tidak goyang, proses pertama yaitu proses facing dengan menggunakan pahat rata kanan, setelah di facing kemudian saya lepas tailstock dan menggantinya dengan bor center 3 mm, kemudian benda kerja dibor senter sedalam 3 mm.
E. Langkah 4
langkah selanjutnya yaitu membubut rata dengan merubah posisi pahat, posisi pahat harus 90° atau tegak lurus dengan benda kerja. Benda kerja dibubut rata sampai diameter 22 mm sepanjang 100 mm, catatan proses ini dilakukan dua kali dengan membalik benda kerja. kecepatan putaran 500 dan kedalaman pemakanan 1 mm, dan juga saya menggunakan pendingin supaya pahat tidak cepat tumpul, dalam pembubutan rata saya menggunakan tailstock yang di masukan pada lubang senter, bertujuan agar benda kerja tetap lurus dan tidak goyang pada saat pembubutan sehingga hasilnya dapat maximal lurus dan tidak tirus atau benda kerja tidak silindris.
Selanjutnya proses bubut bertingkat, bubut bertingkat yang pertama yaitu panjang 35 mm dan diameter 11,9 mm, kenapa tidak 12 mm?, karena bagian ini akan di ulir m12×1,75 kalau dipaskan 12mm dikhawtirkan ulir terlalu sesak sehingga mur sulit masuk. Bubut bertingkat yang kedua yaitu diameter 16 mm, sepanjang 43 mm. bagian ini dibuat halus N7 dengan cara mempercepat putaran dan memperkecil penyayatan. Kemudian balik benda kerja, lakukan facing sampai benda kerja mempunyai panjang 96 mm. setelah panjang benda kerja sudah 96 mm, bubut rata sampai diameter 16 mm, sepanjang 12 mm. proses bubut rata dan
bertingkat pun selesai.
Dilanjutkan dengan proses bubut alur, pertama seting center pahat alur ukuran 2mm, setelah pahat center, atur kecepatan spindle kira kira 200, dan pemakanan pun harus sedikit kira kira 0,1 mm, harus dilakukan re-track atau gerakan pahat mundur, supaya menghindari pahat patah atau pahat cepat tumpul, alur benda kerja sampai diameter 12 mm. selanjutnya balik benda kerja, pasang bubut alur ukuran 3mm kemudian centerkan, setelah pahat center, alurlah sampai diameter 12 mm, catatan posisi pembubutan baik bubut alur maupun yang lainnya saya lampirkan gambar kerja supaya lebih jelas.
Kemudian proses ulir m12×1,75, sebelum di ulir, saya champer terlebih dahulu dengan menggunakan pahat rata kanan 2×45°. Kemudian pasang pahat ulir m12×1,75 lalu center kan, pahat yang digunakan memiliki sudut puncak 60° . dilanjutkan dengan mensetting mesin bubut dan mengecek roda gigi untuk proses mengulir.kecepatan spindle yaitu kecepatan terendah mesin.
cara mengulir:
o Memajukan pahat pada diameter luar ulir
o Setting ukuran pada handle ukuran eretan atas menjadi 0 mm
o Tarik pahat keluar benda kerja, sehingga pahat diluar benda kerja dengan jarak bebas sebesar 10 mm disebelah kanan benda kerja
o Atur pengatur kisar menurut table kisar yang ada dimesin bubut, geser handle gerakan eretan bawah untuk pembuatan ulir
o Masukan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm
o Putar sepindle mesin sampai panjang ulir yang dibuat terdapat goresan pahat, kemudian hentikan mesindan tarik pahat keluar
o Periksa kisar ulir dengan menggunakan caliber ulir, apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan. Kalau missal belum sesuai cek kembali posisi handle pengatur kisar pada mesin bubut
o Gerakan pahat mundur dengan cara memutar sepindle arah kebalikan,hentikan setelah posisi pahat di depan benda kerja
o Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan memajukan eretan atas
o Dilanjutkan seperti langkah nomor 7 sampai kedalaman ulir maksimal tercapai
o Pada kedalaman ulir maksimal proses penyayatan harus dilakukan berulang ulang agar beram yang tersisa terpotong semuanya
o Setelah selesai proses pembuatan ulir, hasil yang diperoleh di cek ukurannya Panjang benda kerja yang diulir yaitu 20 mm.
o Putar sepindle mesin sampai panjang ulir yang dibuat terdapat goresan pahat, kemudian hentikan mesindan tarik pahat keluar
o Periksa kisar ulir dengan menggunakan caliber ulir, apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan. Kalau missal belum sesuai cek kembali posisi handle pengatur kisar pada mesin bubut
o Gerakan pahat mundur dengan cara memutar sepindle arah kebalikan,hentikan setelah posisi pahat di depan benda kerja
o Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan memajukan eretan atas
o Dilanjutkan seperti langkah nomor 7 sampai kedalaman ulir maksimal tercapai
o Pada kedalaman ulir maksimal proses penyayatan harus dilakukan berulang ulang agar beram yang tersisa terpotong semuanya
o Setelah selesai proses pembuatan ulir, hasil yang diperoleh di cek ukurannya Panjang benda kerja yang diulir yaitu 20 mm.
Sampai sini proses bubut sudah selesai, dilanjutkan dengan proses frais. Langkah pertama yaitu mempersiapkan segala peralatan untuk mengefrais, setelah semua alat siap, cek terlebiah dahulu kondisi mesin, apabila sudah sesuai, pasang endmill diameter 10 mm, lalu kunci sampai endmill terpasang baik dan tidak goyang. Dilanjutkan dengan mencekam benda kerja dengan menggunakan kepala pembagi, selanjutnya apabila benda kerja sudah tercekam dengan baik, proses pengefraisan pun dilakukan, frais benda kerja sampai kotak, panjang yang di frais 10 mm sampai ukuran kotaknya sesuai dengan kunci pas 12 mm. proses pengefraisan 4 kali, setiap permukaan dilakukan penyayatan sedalam 2 mm. untuk lebih jelasnya saya lampirkan satu lembar kerja. Setelah proses frais selesai buka benda kerja dan lakukan proses bubut kembali untuk menchamper 1×30°, poros roda gigi pun selesai di buat, apabila hasil ingin lebih rapih lakukanlah pengikiran.
Selanjutnya saya merapihkan dan membersihkan alat dan mesin dengan menggunakan kain dan kuas, untuk bagian bagian yang sulit saya gunakan kompresor
Selanjutnya saya merapihkan dan membersihkan alat dan mesin dengan menggunakan kain dan kuas, untuk bagian bagian yang sulit saya gunakan kompresor
BAB 3
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Proses pembuatan roda gigi sudah dijelaskan pada bab pembahasan mulai dari persiapan sampai langkah kerja dan keselamatan kerja, untuk itu saya mengharapkan laporan saya ini dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam pemberian nilai, mohon maaf yang sebesar besarnya, apabila ada kata yang kurang sopan dan kesalahan dalam pembuatan laporan ini, mohon dimaklum…
3.2 SARAN
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
Sekian artikel yang kami buat , mudah-mudahan bermanfaat bagi pengunjung yang membaca blog ini kami sadar bahwa kami banyak kekurangan maka dari itu kritik dan saran dari anda semua kami butuhkan , sekian dan terima kasih . wassalam .
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
Sekian artikel yang kami buat , mudah-mudahan bermanfaat bagi pengunjung yang membaca blog ini kami sadar bahwa kami banyak kekurangan maka dari itu kritik dan saran dari anda semua kami butuhkan , sekian dan terima kasih . wassalam .
DAFTAR PUSTAKA
WEBSITE
[Minggu, 18 Agustus 2013, Pukul 11.35 WIB].
0 komentar:
Posting Komentar